"......"
"......"
"Kamu kapan pulang?"
"Gak tahu. Gak pengen pulang."
"Kenapa?"
"Gak ada alasan untuk pulang."
"Gitu."
"...."
"..."
"....."
"Gue kok iri ya sama lo."
"...."
"Gue liat lo bisa senyum terus sama dia."
".... Kamu cemburu" (senyum)
"Gak. Gue ga cemburu sama lo atau dia."
"Kamu cemburu sama keadaan. Kamu cemburu sama dirimu sendiri."
"Gue gak cemburu. Gue pengen mati."
"Hus! Ngomong tuh yang baik-baik, Nyet."
"Kan gue udah baik."
"Terus kalau omongan kamu semprul masih layak dibilang baik?"
"..."
"..."
"Gue mati aja apa ya? Bisa ga sih mati sebentar terus idup lagi?? Biar gue bersih otaknya."
"Mungkin kamu hanya perlu rehat sebentar dari dunia. Gak segala mati."
"Buat gue rehat dan mati adalah serupa. Gue harus mati. Dimatikan. Segera."
"Keinginan kamu selalu bikin pusing orang."
"Gak minta dipikirin gue.. Gue aja yg mikir. Orang-orang biar aja hidup sendiri di dunianya."
"..."
"Gue perlu bukan lagi sekedar ingin mati."


*mati
Untuk kembali hidup dalam dunia baru dan tak berbatas dengan nirwana yang abadi

Sekarang ada jeda, dari menyebar kertas kosong hingga menunggu terkumpulnya data. Hari ini satu hari pasca dua dua milikmu. Kau genap sudah dua tiga. Aku segera menyusul ke angka yang sama. Cerita terbaru kudengar tentangmu adalah kau baru saja melihat Festival Songkran di negeri yang jauh di sana. Sepertinya menyenangkan :)
Selamat, aku tahu kau bisa menikmati dunia dan mendatangi setiap jengkalnya satu-satu! Aku juga sama. Satu-satu kucoret daftar tempat yang ingin kudatangi dan setiap mimpi yang kuukir dari lama. Sepertinya waktu sedang membiarkan kita menikmati hidup dengan cara masing-masing dan fasanya sendiri.
Kamu masih sama semoga seperti yang lalu dalam hal kebaikan terhadap sesama. Tapi jika tidak, semoga kamu menjadi yang lebih baik dalam semua hal kehidupan kini dan nanti, saat di mana kita benar-benar tidak bisa saling tegur sapa. Kamu tetap istimewa. *tidak perlu pakai telur dua* ahaha

----------------------
ga sabar bikin kolase cerita ini selesai. 

Seperti judul kelompok ternama?
Iya.
Tapi ini adalah sebuah percakap betulan antara saya dan dia
Dialog antara kami berdua
di pagi buta.
Pagi, karena manusia serupa masih molek di atas singgasana
yang membuai mereka ke tempat nun jauh di sana
mimpi, tapi itu adalah nirwana untuknya.
___
Kembali ke saya.
Boleh kan?
Tidur tak enak, terjaga tiap dua jam jeda
Masih ada hutang tak terbayar pada masa
Runutan pertanyaan untuk para penghasil data

Jika,
Jika ini selesai nanti di hari lusa
Semoga semua adalah berkah dan tidak jadi sia-sia belaka.

Jakarta, 2015

Masuk tahap ini.
Aku makan omongan sendiri.
Kenapa jadi sulit begini.

----

tahukah kau,
justru di kala waktu sedang kuarahkan menuju satu titik fokus saja
kau yang ada di titik itu

tahukah kau,
justru di kala pemujaan terhadap rupa manusia lain dilontarkan
kau yang ada dalam ingatan

tahukah kau,
aku menjadi pintar mencela sekaligus bodoh memuji
karena kau yg berputar pada imaji.

Sedikit lagi dan semua akan selesai.
Perlu bersabar sedikit lagi dan semua akan terbayar.

akan tiba masa-masa
dimana aku dan kamu duduk manis makan roti dilapis selai
atau sekadar berdua menikmati laju perahu yang sedang berlayar

Sedikit lagi dan semua akan usai.

---------------
iya, aneh
aku tahu
aneh karena aku merindukan hal-hal yang bahkan belum pernah kita lakukan

Kata orang lain beruntung sekali tidak pernah saling jatuh cinta antara kita. Kita bebas menikmati udara bersama di bawah langit dan berpijak di atas tanah yang banjir kasih. Tergelak atas lelucon satu sama lain dan menertawakan kebodohan masing-masing. Waktu kita sudah habis untuk bersama dan menikmati dunia. Kita kemudian berjalan pada setapak sendiri-sendiri. Kamu dengan jalanmu. Aku dengan jalanku. Sampai jumpa lagi ya :)

Aku melepaskanmu

Wahai Hati yang tak terkendali

Aku melepaskanmu

Wahai Hati yang tidak pernah ingin diketahui

Aku melapaskanmu

Kemana saja kau ingin pergi

Sekarang raga sendiri

rasanya kok aku berdosa sekali ya kalau cinta itu benar ada.

Kamu seperti hujan, yang aku kagumi dan aku sukai tiap geraknya. Tapi kita tidak cocok. Aku tidak bisa membiarkan aku basah di bawahnya. Kamu seperti hujan, yang aku nikmati setiap datangnya. Tapi kita tidak cocok. Aku tidak bisa membiarkan kamu terus ada. Kalau bukan kamu yang pergi, maka akulah yang menghindari.

Kamu seperti lolipop. Saking aku cinta, justru merusak gigi. Bedanya kau merusak emosi. Tapi aku tetap suka kamu seperti aku suka lolipop. Hanya saja saat ini dikurangi. Tidak baik untuk kesehatan gigi dan emosi sekaligus.

rasanya kok merasa bersalah, kalau cinta itu benar ada ternyata.