Fragmen 3: Raina Jatuh Cinta

By orangemitrada - 12.3.18


Raina jatuh cinta. Akhirnya, Raina jatuh cinta. Setidaknya perasaan itulah yang berhasil ia definisikan sejak beberapa bulan terakhir, setelah sibuk bertarung dengan dirinya sendiri. Ketegangan antara hati dan akal yang tak berkesudahan membuatnya lelah siang dan malam. Cinta. Satu kata itulah yang akhirnya ia pilih sebagai jawaban untuk semua ketidakjelasan keinginannya belakangan ini. Setiap kali ia berhadapan dengan satu manusia bernama Raga.
Raina memutuskan untuk menerima kenyataan bahwa dirinya tidak lagi bisa mengelak terhadap segala perubahan yang terjadi. Raga membawa angin baru di hidup Raina, membuat hujan tidak lagi punya siklus yang sama untuknya. Hujan kali ini lebih tidak mudah ditebak datang dan perginya. Raina tahu itu, sekali keputusan yang dibuatnya dilempar ke udara dan dibaui oleh hujan, ia tak akan bisa menariknya kembali. Hujan akan membiarkan Raina melindungi dirinya sendiri. Termasuk dari Raga.
Angin baru terasa menyejukkan bagi Raina, baginya hidup terasa lebih segar dan indah untuk dinikmati. Raga membuat Raina menjadi Raina yang berbeda. Raina seperti memiliki kepribadian baru, indah tapi mudah patah. Raina menjadi rapuh. Satu sisi, Raina bersyukur karena merasa begini seharusnya hidup. Bisa membiarkan semesta mengasihi, merasa disayangi, merasa diawasi. Tidak perlu takut untuk berkeluh kesah atau sekedar mengeluarkan air mata. Sisi lainnya, Raina merasa terpuruk sekaligus. Bukan begini hidup yang biasa dia jalani. Seharusnya tidak pernah ada air mata untuk seorang Raina. Raina tetaplah harus kokoh dan terarah, teratur dan berjalan sesuai siklus semesta.
Ternyata cinta membuat Raina merasakan semuanya sekaligus tanpa ampun dan jeda. Kini, Raina sedang berusaha mengikuti kemana takdir akan memberikan wajah baru Raga di depanya.

perasaan yang sulit sekali terdefinisi
jatuh cinta sekaligus takut
kasmaran sekaligus patah hati
disayang sekaligus ingin enyah saja melenyapkan diri
kuat sekaligus lemah
aku bahkan tidak tahu apa keinginanku sendiri
hal yang justru sangat kau benci
bahkan ingin membinasakan aku


kamu pikir itu lelucon,
aku rasa itu pukulan telak yang menghantam aku di ubun-ubun tepat

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar