Curug Cilember

By orangemitrada - 16.2.13

Kamis, 16 Agustus 2012

Sehari sebelum kemerdekaan RI ke 67, kami melakukan perjalanan menuju puncak tertinggi di Curug Cilember. (niatnya) Harus mencapai Curug 1. Dimulai dengan bermodalkan tekad dan keinginan menginjakkan kaki di sana, berangkatlah kami dari rumah. Ria Jamin dan Djaya Yudha. Naik motor dari rumah, lurus terus sampai daerah Cisarua. Mengandalkan ingatan yang sepenggal; menyatakan bahwa lokasi Curug yang dituju ada di sebelah kiri jalan. Ternyata ragu menjalar dan insiatif muncul untuk segera menghubungi Mas Wisnu. Ajaibnya, tepat waktu. Tepat ketika berhenti di sekitar pintu masuk, di sana pula informasi diterima dengan baik. Beruntungnya. 
Untuk meyakinkan, bertanyalah kepada bapak-bapak tukang ojek di sekitar gang. Jawaban yang sama. Jadi, tetap berlanjutlah perjalananan itu. Senjata lengkap Mas Yudha(tas besar isi kamera, lensa, dll) plus tripod yang tersarung dengan apik di gendonganku. Saya? Hanya tas mini berisi dompet, kamera pocket, dan lap.
Jarak dari gang ke lokasi kejadian lumayan jauh, gak kebayang kalau harus jalan kaki >,< #gemporr
Sampai di lokasi bayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 per orang. Motor di parkir di dekat pintu masuk. Nomor parkirnya...

Baiklah.. Dimulai dari keterangan di depan area wisata ini ya.


Kolam Ikan depan papan
Papan Selamat Datang-tersedia dalam 4 bahasa berbeda
Masuk masuk masuk, mari kita lihat papan petunjuk lainnya :D
Papan Petunjuk Jalan 1


Jalan menuju ke atas.
jalan 

Papan Penunjuk jalan 2
Nah kalau lanjut terus agak sanaan dikit ada semacam tempat penangkaran kupu-kupu, tapi pas waktu itu ke sana, rumah kupu-kupunya tutup. Dikunci gitu, jadi gak bisa masuk. Padahal itu hari libur lho dan ada petugasnya juga. Yah mungkin belum saatnya lihat...
Rumah Kupu-kupu

Dari sini kita melanjutkan perjalanan ke atas..dimulai tracking-tracking yg tersedia. Sebenernya waktu perjalanan ke sini itu pas banget sama bulan puasa. Jadi termasuk nekat juga sih, mau naek dan pastinya akan lelah saat tengah hari nanti tepat ketika sedang puasa. Gak banyak orang alias pengunjung lain selain saya dan Mas Yudha, malah seingat saya, kita hanya bertemu dengan sekeluarga yg baru saja turun pas ketika akan naik ke Curug 1, bule Arab dan tour guidenya di Curug 2 atau 3, rombongan mini anak sekolah, sama dua pasang remaja di curug 4.  Udah itu aja.

Kalau mau review suasana di sana ketika kami datang adalah senyap. Sepi dan hanya terdengar air yang mengalir, angin yg menyapa kulit, daun yg bergerak, dan bunyi samar orang lain di kejauhan (beneran sedikit).

Saya lupa sejak kapan Mas Yudha mulai ngeluarin kamera terus foto, yg jelas kalau saya kameranya ngegantung di leher, jadi udah foto dari pas masuk tadi :D Inginnya sepanjang perjalanan ada foto yang diambil, tapi nanti jadi lama kalau kaya gitu sampai Curug 1nya. Jadi akhirnya fotonya sesempet dan seniatnya aja.
Landscape



Curug-curug selanjutnya ga sempet foto papannya 

jalan yg dilewatin

dari bawah ke atas :)
Oh iya, Mas Yudha punya boneka kayu yg fungsinya bisa jadi objek buat difoto. Memang foto yg di bawah ini ga bagus-bagus seperti di website fotografi yang ada dan gak sebagus foto doi yg kece. Tapi Danbonya lucu sih, jadi iseng aja... ini dia:
Danbo lihat langit
Danbo lihat Air Terjun
Danbo main jerami ;) hahahahahaha

Tujuan ke tempat ini sebetulnya untuk memenuhi ambisi saya yg ingin ke sini dan sekalian nunjukin ke Mas Yudha. Main aja. Hehe..  Selama jalan bareng sama dia, saya juga ambil beberapa foto doi yg lagi 'kerja' dan ada yg narsis juga kok :p
air terjun pertama yg ketemu
air terjun kedua
air terjun ke tiga-tapi ini pakai kamera dia
yg narsis
lagi istirahat

Foto saya juga ada ;)
jauh ya?
yg lumayan keliatan
Di sana kita hanya sampai jam 2, itu juga belum ketemu Curug 1 nya. Udah mepet waktunya, takut malah gak sempet sholat Dzuhur. Jadi kita putuskan untuk turun. Kalian tahu? Naiknya itu enak banget kan ya, tidak perlu takut untuk injak batu dan tanah. Tapi ketika kalian turun, kalian harus ekstra hati-hati. Perjalanan turun memang tak semudah saat naik. (eh apa kebalik ya? hhe)
Terus gara-gara pergi ke Curug ini, hasrat untuk naik gunung mencuat lagi dan menjadikan ini saran latihan, padahal kan gak ada apa-apanya ya? Ya tapi kan segala yg besar, dimulai dari yg kecil. Dan meskipun hal kecil pasti akan ada fungsinya. Iya ga?

Suatu saat cita-cita itu akan terpenuhi, cepat atau lambat. Tapi tetap jadi.

Perjalanan turun jadi membuat saya lebih aware dengan keadaan sekitar selain track, yaitu bangunan-bangunan, pola pohon yg ada dan tumbuhan yang ada. Sebelum ke mesjid saya ke kamar mandi dulu. Airnya dingin banget. Huaah. Segar. Mungkin karena sepi jadi gak ada yg jaga. Jadi ya kosong aja gitu. Terus kita lewat area outbond dan camping. Nah, Mas Yudha lihat sesuatu di sini ...

Coba ya perhatikan....
Apakah seharusnya??
Apa daya, maksud ingin 'lebih' waw tapi masih perlu diluruskan sebetulnya.

Masjid tempat sholat
di sini juga ada sistem pemisahan sampah: organik dan anorganik
Gara-gara lihat tulisan ini, jadi ingat dua mata pelajaran waktu sekolah dulu. Jadi inget SMAKBO, jadi  inget gimana susahnya hapal mati unsur-unsur, jadi inget gimana rasanya remedial. Haha, yasudahlah.

dan kita pulang....
Exit
ternyata karcis yg kita pegang itu ada fungsinya seperti di atas
Go home... ngeeeeeng
Jalanan sepi. Tidak ada macet-macet. Senang :)

Jalan-jalannya sama Mas Yudha sampai sini dulu. Dah...


Note: Saya jujur lebih senang menghabiskan waktu di alam lepas bukan kungkungan bangunan tinggi dan bersekat. Jadi ketika ada kesempatan untuk mewujudkannya itu terasa sangat menyenangkan :) Karena suatu saat nanti kita kembali ke alam, menyatu dengannya, dan masuk ke dalamnya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar