Menikah.

By orangemitrada - 19.12.16

Lewat dari dua empat, sudah berapa kali mampir di telinga penyataan dan pertanyaan perihal menikah. Membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Tidak lagi bisa membual terhadap diri sendiri bahwa masih terlalu dini secara usia. Mau bilang apa, siapa yang percaya kalau kita bilang bahwa usia ini masih dianggap remaja. Bahkan jika Tuhan baik hati dan waktu masih ada, dua empat akan berganti jadi dua lima. Semakin tidak mungkin berkelit pada setiap pertanyaan yang datang dari segala penjuru mata angin keluarga.
Tapi bukankah menikah seharusnya  menjadi langkah yang dijalani dengan segenap keyakinan dan tidak sedikitpun ada ragu di dalamnya? Atau memang meragu itu justru perlu? Perlu agar lebih hati-hati di setiap langkahnya, perlu agar senantiasa mengingat Tuhan dalam setiap keputusan, perlu agar tidak angkuh pada takdir Tuhan?
Kata mama, jika tiba masanya untuk memulai semua, tidaklah menutup kemungkinan bahwa rintangan itu justru semakin bergairah menghadang. Apa kabar hai lelaki yang dulu pernah datang menawarkan kehidupan di masa mendatang? Nyalimu ternyata ditelan waktu lalu hilang. Waktu memang alat paling sederhana sekaligus mematikan sebagai penentu kesetiaan. Tidak banyak yang bisa bertahan dalam waktu lama tanpa kepastian kecuali mereka yang benar-benar menyakini apa yang mereka percaya.


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar