Hari Anak 2018

By orangemitrada - 2.8.18

Tahun lalu masih ingat keseruan mendampingi adik-adik Terminal Hujan di Jambore Sahabat Anak 2017, bareng-bareng di tenda dan mengikuti serangkaian acara seru di Bumi Perkemahan Ragunan. Di tahun 2018 ini masih dalam rangka ikut memeriahkan hari anak, Terminal Hujan digandeng Indonesian Care Project membuat sebuah kolaborasi yang tidak kalah seru. Sebuah acara yang judulnya Creative Confidence dan bertemakan 'aku anak alam' tidak hanya melibatkan adik-adik Terminal Hujan tapi juga kakak-kakak volunteer dari ICP dan TH. Saya salah satunya! Yeay.
Sebuah Minggu yang cerah dengan senyum merekah dari kami di Lapangan Riau. Siap menunggu dan berangkat untuk bermain sambil belajar di Kampoeng Wisata Cinangneng, Bogor. 
Rhiqal, Nafrian, Ezhar
Akomodasi sudah disiapkan tim hore untuk keberangkatan kami menuju lokasi. Tinggal naik dan duduk manis. Satu dua ada yang tidak berhenti bicara selama perjalanan. Satu dua juga ada yang tidak tahan untuk menutup mata dan lelap terkena angin dari jendela. Atau satu dua ada yang tetap terjaga tanpa banyak bicara. Yang penting buat saya mereka tetap aman terkendali dan senang selama perjalanan meskipun kenyataannya kami sempat tersesat salah berbelok, terlalu jauh dari tujuan yang seharusnya. 




Hampir terlambat dari waktu yang ditentukan, akhirnya kami sampai juga di Kampoeng Wisata Cinangneng. Seperti tempat menginap pada umumnya. Ada banyak kamar-kamar dalam rumah kecil tersebar di area penginapan, restorasi, dan taman bermain. Mungkin karena bagian belakang ada jalan tembus menuju desa yang didayakan, maka jadilah sebuah kawasan wisata. Itu juga yang nantinya akan jadi inti kegiatan kami seharian di tempat ini. Melakukan kegiatan dan berinteraksi dengan sumber daya sekitar. Well, kami bersiap masuk setelah bagi kelompok kecil dan huru-hara main bola ala anak-anak lelaki.

Pembukaan dimulai setelah rombongan kakak-kakak volunteer tiba di tempat. Kami langsung dibagi menjadi lima kelompok besar yang terdiri dari lima orang adik dan lima orang kakak. Setiap adik dapat satu kakak. Idealnya demikian, tapiii di kelompok saya isinya tidak. Kami kelompok dewasa! Haha. Karena jumlah adik terbatas hanya 20 orang saja. Jadi, isinya kelompok kami adalah sekumpulan kakak volunteer yang ikut bermain saja tanpa mendampingi adik-adik. 
here we are

Pembukaan dilakukan sekilas oleh perwakilan ICP yaitu Kak Sei selaku founder. Sedikit banyak Kak Sei bercerita kenapa sih sampai temanya harus balik lagi ke alam untuk anak-anak di masa kini. Kalau saya pribadi juga setuju, seiring perkembangan zaman, kebiasaan anak-anak juga ikut berubah. Mungkin dulu ketika papa saya masih kanak-kanak, beliau akan sangat senang kalau bisa main di luar rumah sampai siang bersama teman-temannya. Berkeliling lapangan atau di sawah tanpa baju. Kotor lumpur. Ikut nenek ke pasar lalu pulang bawa tempurung kelapa yang dibentuk roda untuk mobil-mobilan sederhana. Lalu kalau masa-masa saya kecil beralih menjadi lebih modern. Saya sudah punya mobil-mobilan dalam bentuk seperti mobil sungguhan yang memiliki mesin sederhana dan bisa dikontrol melalui sebuah remote. Belum banyak gadget berseliweran di era itu, karena bisa dibilang harganya cukup tinggi dan rata-rata hanya dimiliki oleh orang dewasa saja. Jadi saya juga masih suka bertukar main dengan teman-teman sebelah rumah. Bertengkar ala anak kecil, yang sejam kemudian sudah tertawa lagi. Lupa dengan perasaan marah atau kesal.
sumber: Foto Kak Rio
Dan lihatlah anak-anak kita, adik-adik kita masa kini. Gadget meraja. Kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Tidak menikmati alam seperti seharusnya. (Di luar kenyataan, anak tetaplah anak yang ikut saja dengan apa yang diberikan orang tuanya). Intinya masa mereka amatlah berbeda dengan masaku dulu. (Lalu saya berasa tua seketika. Mungkin waktunya menjadi orang tua juga. Lho). Jadi, kesempatan bermain dan kembali ke alam serta menjadi anak alam dalam waktu sekejap ini adalah kesempatan berharga dan cukup langka buat mereka. Termasuk saya.
Banyak kegiatan yang kami lakukan bersama di sini. Setelah Kak Sei selesai memberikan sambutan, kami bermain angklung. Tiap orang diberikan angklung dengan nomor yang berbeda. Lalu kami diajari untuk mengkuti arahan dan ketukan Mamang di depan. Kemudian memadunya agar harmoni menjadi sebuah lagu. Percayalah, tidak ada yang mudah untuk membuat sebuah irama terdengar syahdu tanpa latihan dan kerja sama para pemain. Kami pun begitu. Tapi, adik-adik so happy :) 


sumber: Foto Kak Rio


Karena waktu semakin siang dan kami sudah siap untuk bertualang, kelompok kecil segera diarahkan menuju pos masing-masing. Ada lima pos berbeda.
Bermain Gamelan
Setiap anggota kelompok bisa bermain gamelan. Kami punya kesempatan untuk mengenal nama-nama alat musiknya dan diceritakan sejarah dari gamelan itu sendiri. Di pos ini Bonang, Saron, Kendang, Jengglong, dan Gong diperkenalkan kepada adik-adik. Mereka juga bisa bermain. Melatih mereka sekalian untuk menyimak dan mengikuti instruksi sama dengan bermain angklung di awal. Bicara tentang gamelan, dulu sekali waktu SD, saya pernah jadi anggota gamelan lho. Waktu itu saya pegang saron. Time flies. Sekarang main lagi. Alat musik yang sama. Ketukan 5 1 5 dan 2 1 2. Tapi dengan teman yang berbeda dan di kesempatan yang sudah beda juga.

Menari Jaipong 
Rasanya saya lebih baik diajari gerakan karate atau boxing. Sungguh kaku dan tidak ada anggunnya sama sekali menghempas selendang, melangkah manis ke depan, atau sekedar menangkupkan tangan di depan dada. Haha. Tapi boleh acungkan jempol untuk Kirani atau temannya, adik-adik TH yang luwes sekali mengikuti gerakan arahan dari Teteh di depan. Prok prok prok pokoknya! 

sumber: Foto Kak Rio


Membuat Wedang Jahe dan Kue Bugis
Membuat makanan dan minuman yang bisa dinikmati sendiri. Wedang Jahe yang diajarkan di pos ini berbeda dengan yang biasa saya buat. Kalau biasanya dibuat tanpa campuran sereh dan lada, kami di sini diajarkan untuk mencampurkan jahe dengan sereh dan lada beserta garam dan gula. Dengan takaran 1:2 untuk jahe dan serehnya semua bahan dihaluskan kemudian disaring. Air saringan itu yang kemudian dikaramelisasi sampai kering dan ditumbuk halus. Sampai akhirnya jadi seperti bubuk halus yang bisa diseduh dengan air hangat atau dingin sesuai selera. Kalau saya, dengan air panas tetap pilihan terbaik. 
Mang Fatir lagi cerita nih.
Kue Bugis dibuat dari campuran tepung ketan, gula, garam, dan pewarna alami pandan. Kami dipersilakan untuk membuat sendiri kue bugis kami. Mengisinya dengan unti. campuran antara kelapa dan gula merah yang sudah dibentuk bulat-bulat. Adonan kemudian dibiarkan matang dengan cara dikukus selama 10-15 menit menggunakan api kecil. Setelah itu bisa dibungkus dengan daun pisang lalu disajikan langsung.
sumber: Foto Kak Rio



Wayang Orang
Kapan terakhir kamu buat mainanmu sendiri? Dengan memanfaatkan batang daun singkong ternyata kamu bisa lho dapat mainan lucu dan ada kepuasan sendiri setelah berhasil membuatnya. Harus sabar memang di setiap kali menekuk batang daun, karena kalau terlalu keras akan menyebabkan batang patah dan wayangmu jadi tak indah. Adik-adik ada yang tekun sekali lho, wajahnya sampai super serius macam belajar 6SKS. Hehe
sumber: Foto Kak Rio

sumber: Foto Kak Rio


Melukis Caping
Paint the world with your color and it will be back to you. 
Di pos ini, semua bebas mengekspresikan warna dan bentuk apa yang mau dituangkan di capingnya. Caping ini nantinya bisa dipakai ketika turun ke sawah atau bahkan dibawa pulang :) Sebagai kenang-kenangan. 
sumber: Foto Kak Rio



Cerita saya belum selesai, setelah makan siang kami akan pindah kegiatan. Lebih kotor. Lebih basah. 

Kelompok kecil kembali dikumpulkan sebelum memulai kegiatan siang. Dipanggil bergantian, absen anggota, dan tak lupa foto bersama sebelum semakin lusuh :D


Wisata Kampung
Kampung Cinangneng dijadikan sebagai Kampoeng Wisata dan diberdayakan untuk menjadi kampung yang mandiri dalam segi ekonomi bagi warganya. Masyarakat ada yang menjadi spealis dalam membuat keset atau alas, ada yg spealis di kerajinan kayu dan mengubahnya menjadi barang jual seperti gantungan kunci, mainan, dan alat rumah tangga, dan yang tak kalah menarik ternyata beberapa produk yang dijual di Sentra Tas seperti Terminal Tas adalah hasil produk warga Kampung Cinangneng lho. Bahkan, kalau beli langsung di sini kita akan mendapatkan harga yang jauh lebih murah. Memang ya, branding suatu barang akan berdampak pada harga jual. 

Jalan memutar disediakan untuk rute tur kampung ini, setelah melewati rumah-rumah warga yang disebutkan tadi kita akan dibawa kembali ke dekat jembatan utama yang mehubungkan penginapan dan kampung wisata. Di sini lah kamu bisa main di sawah dan kenala sama kerbau!




Menanam Padi dan Memandikan Kerbau 

sumber: Foto Kak Rio

sumber: Foto Kak Rio

Smile or laugh on Sunday afternoon.

Penutupan
Puas dengan bermain air dan beberapa kali jatuh di lumpur, perpisahan dengan kakak-kakak ICP dan kegiatan seru hari ini tiba juga. Hasil dari donasi yang telah terkumpul diberikan dalam bentuk alat sekolah untuk adik-adik Terminal Hujan. Terima kasih ya kalian yang sudah ikut berpartisipasi dan berdonasi ;)
 Kami pulang dengan banyak cerita dan senyuman yang masih mengembang sampai rumah. Sayapun senang. Sampai jumpa di tahun depan. 



:)

R.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar