Merindu.

By orangemitrada - 25.10.19

Setelah ingin melupakan berharap merasakan rindu adalah hal yang begitu egois didengar. Kenapa saking banyaknya yang ingin kita lakukan, banyak hal juga yang harus dikorbankan. Rasanya rindu tidak akan pernah pantas untuk mereka yang memang sama sekali tidak menginginkannya. Terlalu indah bagi  jiwa-jiwa yang lantas memilih pergi ketimbang tetap tinggal. Lalu untuk apa esensi merindu. Dia memang sudah memilih. 
Kata temanku, puaskan saja penasaranmu akan sebuah kehilangan dan kemudian reguk rindu sepuas-puasnya lantas kembali bertemu dan bercinta sesudahnya. Tidak sesederhana itu. Dari urusan merindu bisa menjadi lebih rumit ketimbang wol yang carut marut di dalam laci meja. Pun bercinta bukan penyelesaian atas segala resah yang dirasa. 
Kata tuanku, bergantung pada sesuatu yang tidak menghasilkan juga merupakan pekerjaan sia-sia. Tidak produktif. Tentu saja, tidak akan pernah ada pemasukan bagi yang tidak berusaha. Bahkan usaha saja tidak cukup, kata-kata "lebih keras" harus ada mengikutinya di belakang. Mau sekeras seperti kuda berlari, berpacu dengan Hyena (?). Lebih baik kamu tenggelamkan saja aku ke dasar Palung Mariana. 
from here


Merindu seperti tiara yang hanya pantas dikenakan para putri. Tidak disanding begitu saja bersama karung lusuh yang tidak tahu isinya apa. Karena seharusnya membiaskan garis tawa bukan perih di ujung senja. 

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar